Senin, 24 November 2008
JERUK SIAM SAMBAS/PONTIANAK
PROFIL
JERUK SIAM SAMBAS/PONTIANAK
APRIADI
TAHUN 2008
PROFIL JERUK SIAM SAMBAS/PONTIANAK
1) Pendahuluan
Jeruk siam merupakan komoditas unggulan Kallimanatan Barat. Jeruk yang dibudidayakan tersebut dikenal dengan Jeruk Pontianak, malaupun menurut asalnya jeruk siam tersebut diusahakan di Kabupaten Sambas lebih khusus lagi terluas di Kecamatan Tebas.
Penanaman jeruk siam ini sudah cukup lama (sejak tahun 1939) di Kabupaten Sambas. Dalam sejarah pembudidayaannnya, jeruk siam mengalami adaptasi dan beberapa kali mengalami populasi yang cukup tinggi serta terjadi kerusakan yang massal (kematian massal). Gambaran secara umum pasang surut pertanaman Jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas terlihat pada Tebel 1.
Tabel 1, Pasang Surut Pertanaman Jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas
| Generasi Pertama Tahun 1952-1959 | Generasi Kedua Tahun 1981-1997 | Generasi Ketiga Tahun 1999 - sekarang |
Perkembangan awal pada tahun | 1939 mulai dikenal | 1981 dengan luas 2.700 ha | 1999 dengan pilot proyek 50 ha |
Luas pertanaman maksimal | 1000 ha | (1994) 21.000 ha | (2007) 12.320 ha |
Upaya pengembangan kembali | | Berkembang pesat karena setral jeruk di Jawa terserang CVPD | · Luas tanaman yang tersisa 3.905 ha (daerah terisolir) · Bibit okulasi ; Batang bawah JC dan RL batang atas Jeruk siam Pontianak |
Penyebab kematian massal | Terserang penyakit dan kendala transportasi | Terserang Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phythopthora parasitica) | |
Jeruk Siam Pontianak bukan hanya sebagai trede mark tetapi multi efek yang ditimbulkannya secara nyata telah banyak memeberikan kontribusi. Kontribusi tersebut cukup berarti dalam menggerakkan ekonomi masyarakat terutama di daerah sentra produksi, oleh sebab itu pemerintah selalu mengupayakan agar Jeruk Siam Pontianak ini tetap menjadi tanaman yang membudaya di Kabupaten Sambas.
Dalam rangka mengembangkan potensi daerah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, pemerintah menggalang dana untuk merehabilitasi Jeruk Siam Pontianak yang dibudidayakan rakyat dengan sasaran luas tanam 10.000 ha. Jeruk Siam Pontianak diyakini mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan menjadi usaha agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang, potensi sumber daya, keunggulan wilayah terutama iklim dan kesesuaian lahan.
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam mendukung pengembangan/ rehabilitasi jeruk dibuktikan dengan adanya kerjasama dan koordinasi yang cukup baik dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat serta beberapa lembaga penelitian dalam membangun kembali Jeruk Siam Pontianak.
Salah satu modal dasar untuk merehabilitasi jeruk di daerah ini adalah petani sudah berpengalaman dalam membudidayakan tanaman jeruk. Hasil penelitian LITBANG DEPTAN merekomendasikan, rehabilitasi jeruk di Kabupaten Sambas harus menggunakan bibit okulasi, dengan batang bawah yang relatif baik sistem perakarannya. Program rehabilitasi tanaman Jeruk Siam Pontianak dimulai tahun 1999 – 2005. Kegiatan ini mengupayakan/ mengangkat kembali pamor Jeruk Siam Pontianak secara nasional bahkan internasional.
2) Identitas Komoditas
Upaya pengembalian citra Kabupaten Sambas sebagai penghasil jeruk setelah hancur pada tahun 1997 di lakukan melalui pilot proyek Badan LITBANG DEPTAN bekerja sama dengan Universitas Tanjungpura dan PT. Sambas Mitra Agro. Pilot proyek kebun jeruk seluas 50 ha menggunakan bibit okulasi sisitem klonal. Menggunakan batang bawah yang tahan terhadap penyakit busuk pangkal batang (Japane Citrus/JC) dan batang atas tetap memakai Jeruk Siam Pontianak.
Kultivar jeruk yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Sambas adalah Jeruk Varietas Siam Pontianak (Citrus reticulata Blanco). Sejak dimulainya rehabilitasi tanaman jeruk di Kabupaten Sambas tahun 1999 hingga sekarang, para petani semakin gencar mengembangkan secara swadayanya. Mereka menilai prospek ekonomi dan bisnis yang cukup menguntungkan. Jeruk Siam Pontianak memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dengan citarasa dan aroma buah yang khas. Jeruk Pontianak juga memiliki keunggulan antara lain rasa yang manis, segar dan tekstur daging buah yang halus serta kandungan airnya yang cukup tinggi dengan masa produktif yang relatif cukup lama (± 15 tahun). Jeruk Siam Pontianak sebagai salah satu jenis buah unggul nasional yang telah dikukuhkan dengan SK Menteri Pertanian RI Nomor : 466 / Kpts / PD.210 / 9 / 2003, tanggal : 15 September 2003.
Tabel 2. Deskripsi Jeruk Siem Varietas Pontianak
Asal Tanaman Bentuk Batang Bentuk Percabangan Bentuk Daun Ukuran daun Warna daun Panjang tangkai daun Bentuk bunga Warna bunga Jumlah bunga per tandan Umur mulai berbuah Bentuk buah Jumlah buah per tandan Warna kulit buah masak Ukuran buah Jumlah juring per buah Jumlah biji per buah Warna daging buah Kulit buah Rasa Aroma buah Tekstur daging buah Kadar gula Kadar Asam Berat per buah Produksi Identitas pohon induk tunggal Pengusul/ Peneliti Keterangan | : : : : : : : : : : : : : : : :
: : : : : : : : : | Kalimantan Barat Silindris Melengkung ke atas Bulat telur ( oval ), pangkal daun tumpul dengan ujung daun meruncing dan tepi daun bergerigi Panjang 6,5 cm dan lebar 3.0 cm Bagian atas hijau tua , bagian bawah hijau muda 1 – 1,3 cm Seperti lonceng Mahkota putih ,dasar hijau, benangsari kuning 4 – 5 kuntum 3 - 4 tahun Bulat,dengan ujung buah tumpul dasar 3 - 4 buah Hijau kekuningan Panjang 7,1 cm, diameter 7,6 cm 10 – 12 juring 14 – 20 biji (satu juring 0 – 2 biji ) Orange Tipis ( 1 – 1,5 mm) Manis Agak harum Halus 12,5 O Brix 5,6 % 113,08 gram 100–200 buah (35 kg)/phn/ thn (umur 3–4 thn) Tanaman milik H.A. Rani, Desa Segarau , Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (PI. Jr. Siem Pontianak /UPSB/02.1147) UPSB – TPH, Diperta Kalbar/ Fathan A. Rasyid, Suardi Yusuf, Untung Trijono, Ary Supriyanto, Cahya Dewi, Suprihatini, Solikhin Tahan terhadap penyimpanan 15 – 20 hari |
3) Profil Wilayah Sentra
a. Kondisi Lahan
Kabupaten Sambas terletak dibagian paling utara Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 6.395,70 Km2. Dari 19 Kecamatan (2008) di Kabupaten Sambas wilayah sentral budidaya Jeruk Pontianak terletak di 9 Kecamatan yakni Tebas, Semparuk, Pemangkat, Selakau, Selakau Timur, Salatiga, Sebawi, Tekarang, Teluk Keramat.
Jenis tanah di Kabupaten Sambas sebagian besar adalah Alluvial, Podsolid Merah Kuning (PMK) dan organosol dengan pH rata-rata berkisar 3,5 – 4,5. Tanah alluvial yang terbaik dan paling cocok untuk pertanian meliputi areal 230.630 ha. Sedangkan tanah PMK yang berpotensi untuk tanaman perkebunan seluas 157.320 ha.
Jeruk Pontianak sebagian besar ditanam pada lahan sebelumnya digunakan untuk sawah (pasang surut type C dan tadah hujan) dengan topografi datar, ketinggian 1-3 m dpl. jenis tanah alluvial.
Tabel 3. Topografi Kabupaten Sambas
NO | KEMIRINGAN ( % ) | LUAS ( Ha ) | % |
1. 2. 3. 4. | 0-2 2-15 15-40 >40 | 488.855 67.940 74.760 08.015 | 76,43 10,63 11,69 01,25 |
b. Agroklimat
Berdasarkan topografi wilayah sentra pengembangan Jeruk Pontianak di daerah dataran rendah dan sedikit di kawasan berbukit dengan kemiringan kurang dari 25 %. Kabupaten Sambas umumnya beriklim tropis basah dengan suhu rata-rata 24 ÂşC - 34 ÂşC. Bulan basah jatuh pada bulan Oktober - Maret, sedangkan bulan kering terjadi mulai bulan April/ Mei - Agustus/ September.
c. Kepemilikan dan Keragaan Pertanaman
Jeruk Pontianak di Kabupaten Sambas pada umumnya diusahkan oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani (Poktan). Jumlah tanaman yang diusahakan berkisar antara 200 – 400 pohon per petani atau dengan luasan 0,5 – 1 ha. Pengelolaan jeruk skala besar baru ada satu berupa perusahaan inti yakni Mitra Jeruk Lestari (MJL) dengan luasan 500 ha (2008).
Sistem pertanaman sebagian besar secara monokultur dan ada juga sebagian kecil melakukan tumpang sari dan sorjan. Pada lahan sawah yang dialih fungsikan menjadi lahan jeruk pada tahun pertama dan kedua biasa masih ditanami padi.
Sawah dialih fungsikan menjadi lahan jeruk
Selain Jeruk Siam Pontianak ada juga beberapa jenis jeruk lain yang diusahakan di Kabupaten Sambas yakni Keprok Madu Terigas dan Pamelo tanpa biji (Pamelo Gantang Lokal). Luas tanam setiap Kecamatan terdapat pada (Lampiran 1).
d. Potensi Pengembangan
Berangkat dari pengalaman masa lalu, dimana pertanaman jeruk pernah mencapai luas 21.000 ha, maka target sasaran pengembangan Jeruk Pontianak seluas 10.000 ha di Kabupaten Sambas telah tercapai pada tahun 2005, bahkan dengan adanya penanaman swadaya oleh masyarakat, penangkar yang terlatih target tersebut terlampaui yakni 12.669,73 ha (Dipertanak, 2008).
Keberadaan kebun jeruk hasil percontohan telah membawa dampak positif dan dapat meyakinkan masyarakat bahwa Jeruk Pontianak yang dikembangkan kembali dengan menggunakan bibit okulasi ternyata tumbuh baik dan lebih cepat menghasilkan.
Sebagai produksi unggulan di masa lalu yang berkembang kembali saat ini, pengembangan jeruk telah melibatkan banyak pihak, baik petani pemilik, penggarap, penanggkar bibit, penyedia saprodi, buruh tani, pedagang pengumpul, penyortir buah dan pengepakan. Selain itu, industri kecil pembuat keranjang dan peti kayu berkembang pesat termasuk jasa transportasi dan buruh angkutan yang menikmati hasil dari usaha perjerukan. Secara makro dapat menggerak kegiatan ekonomi masyarakat.
Animo petani untuk mengembangkan tanaman jeruk masih cukup tinggi dengan berbekal pengalaman dalam mengelola budidaya jeruk yang cukup lama. Meskipun demikian, peningkatan pengetahuan dan penguasaan teknologi serta wawasan tentang perjerukan masih harus ditingkatkan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Oleh sebab itu di era global, petani kita juga dituntut untuk mengadopsi teknologi budidaya terkini seperti penerapan Good Agriculture Practice (GAP) – Standar Operasional Prosedur (SOP) Jeruk Siam Pontianak, penerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) dan teknologi peningkatan mutu lainnya.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa penanaman kembali Jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas dapat dilaksanakan secara selektif sesuai dengan kondisi dan kesesuaian lahannya. Petani jeruk dan masyarakat luas sangat merespon upaya penanaman kembali jeruk yang secara nyata menguntungkan dan menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat pada sentral-sentral produksi.
e. Sarana dan Prasarana
Sentra produksi jeruk di Kabupaten Sambas berada di Kecamatan Tebas dan kecamatan sekitarnya, berada tidak jauh dengan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas perekonomian (radius 50 km) dengan sarana dan prasarana yang cukup baik dan lancar.
Transportasi merupakan faktor penunjang utama dalam pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas. Transportasi darat (jalan Provinsi, Kabupaten, Kecamatan) dan sungai dari sentral-sentral pengembangan jeruk telah terhubung dengan baik ke daerah pemasaran lokal dan pelabuahan antar pulau. Jalur lalu lintas sungai masih digunakan bagi sebagian kecamatan yang belum terhubungkan langsung melalui jalan darat. Dermaga antar pulau antara lain: Pelabuhan Pontianak, Sintete, Kuala Tebas dan Sebawi merupakan dermaga pilihan utama dalam mengangkut jeruk keluar Kalbar.
Sebagai daerah pasang surut, Kabupaten Sambas membutuhkan sistem irigasi dan drainase yang baik, untuk itu telah dilakukan perbaikan sistem irigasi melalui normalisasi sebagian jaringan dan saluran pengairan untuk pengelolaan kebun jeruk baik di dalam maupun diluar kebun.
Embung untuk irigasi tetes Drainase kebun jeruk
Prasarana lain adalah rehab dan pembuatan jalan usahatani (JUT), sampai saat ini telah dibangun sepanjang lebih dari 25 km, sebagai upaya untuk memperlancar lalu lintas angkutan sarana produksi dan hasil pertanian.
Jalan usahatani di kebun jeruk
Untuk pemasaran, telah tersedia tempat penampungan jeruk (TPJ), tempat penyortiran (grading) dan tempat pengepakan buah yang dibangun swasta (Lampiran 2). Menampung dan memasarkan produksi jeruk petani, beberapa perusahaan swasta membangun instalasi gudang pendingin, pencucian dan penyortiran sesuai ukuran (grading) serta pengemasan (packaging) dengan berbagai bentuk kemasan dan ukuran. Kemasan untuk antar pulau pada saat ini masih menggunakan peti kayu dengan berat 20 kg. Kelangkaan bahan dari kayu sekarang mulai dirasakan dan perlu adanya alternatif kemasan lain seperti (kardus/kertas, plastik dan bahan lainnya).
Keranjang bambu (50-60 kg) Peti kayu (20 kg)
Industri pengolahan jus jeruk kini telah dibangun di Lokasi Citrus Centre Desa Segedong Kecamatan Tebas. Desa Segedong yang merupakan Desa Binaan Primatani juga terdapat rumah produksi jus jeruk dengan nama Jus van Sambas (JvS) yang dikelola oleh Gabungan Kelompoktani Sumber Anugrah.
Alat pembuatan jus jeruk Jus van Sambas
4) Profil Usaha Tani
Tabel 4, Profil Usaha Tani Jeruk Siam Pontianak (uraian rinci dalam SOP)
NO | URAIAN | ISIAN | |
A. | ON FARM - Bibit - Budidaya - Jarak tanam - Sistem pertanaman - Pemupukan - Pemangkasan - Penjarangan buah - Penyiraman - Sumber air - Sanitasi kebun - Perlakuan pembungaan - Pengendalian OPT - Luas kepemilikan lahan - Panen - Bulan panen | : : : : : : : : : : : : : : : | Okulasi dan cangkokan Semi intensif 5 m x 5 m dan 4 m x 5 m Monokultur, umur <> Pupuk kimia (pupuk tunggal dan majemuk). Pupuk organik (kotoran ayam dan sapi). Dosis pupuk menurut umur tanam (Lampiran 2), pupuk organik diberikan 1-2 kali setahun. Sebagian besar melakukan pemangkasan ringan (pangkas bentuk/ struktur dan selesai panen) Seperlunya Sebagian besar tidak melakukan penyiraman kecuali pada tanaman muda Air hujan, serapan air pasang Terjaga dan terpelihara (secara manual dan kimia) Belum terbiasa dilakukan karena masa pembungaan jeruk sepanjang tahun Sebagian telah menerapkan konsep PHT, pestisida kimia masih digunakan dengan jenis dan dosis beragam (Lampiran 4) 0,5 s/d 1 ha, sebagian kecil > 1 ha Secara manual, sebagian kecil menggunakan gunting , produksi rata-rata 10 ton/ha Utama Maret, April, Juli, Agustus, November, Desember atau hampir sepanjang tahun ada panen |
B. | OFF FARM - Pasca Panen Pengangkutan hasil Sortasi Grading Pengepakan - Pemasaran - Rantai Pemasaran - Harga - Cara Pemasaran - Jarak Pasar | : : : : : : : : : : | Dari kebun ke penampungan di desa dan kecamatan dengan menggunakan keranjang bambu (50-60 kg) Secara manual Alat sederhana (manual) Peti kayu bobot 20 kg Buah jeruk segar sebagian besar ke luar Kab. Sambas (antar kabupaten, antar pulau dan pasar utama Jakarta). Petani-Pengumpul-Pedagang Pengumpul Kec-Pedagang Besar- Suplier- Propinsi Ditingkat petani diatur menurut Grade, mulai dari Rp 500,- sampai dengan Rp 2.500,- Petani ke pedagang pengumpul ( TPJ ) di desa dan pengumpul di kecamatan. Dekat dengan lokasi kebun petani |
5) Profil Kelembagaan
Petani jeruk di Kabupaten Sambas dalam pengelolaan usahataninya telah membentuk kelompok tani. Tidak hanya jeruk, dalam rangka difersivikasi usaha dan optimalisasi lahan, para petani tetap mengusahakan tanaman lain seperti padi, sayuran dan pembuatan kolam ikan diantara tanaman jeruk. Disamping itu dengan maraknya pengembangan tanaman jeruk oleh petani, maka pemerintah daerah tetap menghimbau agar masyarakat tetap mengusahakan hamparan sawah untuk menanam padi dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan daerah.
Hasil penataan kelompoktani (poktan) di Kabupaten Sambas tahun 2008 berjumlah 1.780 kelompok tergabung dalam 147 gabungan kelompoktani (Gapoktan). Berdasarkan komoditas utama yang diusahakan maka poktan yang mengusahakan jeruk berjumlah 849 kelompok tergabung dalam 90 gapoktan. Kelompok tani tersebut tersebar di wilayah sentra dan pengembangan jeruk pada kecamatan Tebas, Semparuk, Pemangkat, Selakau, Sebawi, Sambas, Tekarang, Jawai dan kecamatan Teluk Keramat.
Keberhasilan pemerintah dalam membenahi sistem pembibitan telah menumbuhkan petani penangkar bibit di Kecamatan Tebas yang tergabung dalam 4 koperasi yaitu Koperasi Terigas, Koperasi Mitra Sejati, Koperasi Tunas Baru dan Koperasi Sinar Fajar dengan jumlah anggota 160 orang penangkar.
BPMT yang dibangun oleh PT Sambas Mitra Agro mampu menghasilkan benih lebih dari + 1 juta bibit siap sebar per tahun. Di Kabupaten Sambas telah terbentuk asosiasi petani produsen jeruk yang bermarkas di Kecamatan Tebas, selain itu telah berdiri perusahaan (PT. MJL) sebagai mitra dalam pengembangan jeruk dengan mengelola 500 ha terdiri dari inti dan plasma dan PT.MRKA (SMA) dengan mengelola 100 Ha terdiri dari kebun inti dan plasma. Di Kabupaten Sambas juga terdapat 7 BPP dengan 16 Mantri tani dan 167 PPL serta 13 orang PHP yang aktif membina petani.
Dalam upaya mengatisipasi berbagai permasalahan aktual yang muncul dalam perkembangan agribisnis jeruk, maka mulai tahun 2004 di bangun Citrus Center yang berlokasi di Kecamatan Tebas.
Lembaga-lembaga penelitian yang selama ini memberikan bimbingan antara lain Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman Sub Tropika Tlekung, Balai Penelitian Pascapanen Bogor, Balai Penelitian Tanah Bogor, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalbar, Universitas Tanjungpura. Adapun aspek kajian yang dilakukan dengan adanya meliputi permasalahan spesifik lokasi pengembangan jeruk Siam Pontianak, anatara lain: aspek agroinput, agroproduksi, agroindustri.
6) Profil Produksi dan Pemasaran
Kebijakan pengembangan sentra jeruk bertujuan untuk menumbuhkan kembali sentara jeruk Kabupaten Sambas yang dulunya pernah terkenal, selain itu akan memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah ( PAD) serta menarik investor. Sampai saat ini komoditas jeruk
Konsepsi Agribisnis, pendekatan sistem budidaya dilakukan melalui pengendalian sub sistem perbenihan, kesesuaian lahan dan usahatani berkelompok serta adanya penyempurnaan aplikasi teknologi. Untuk mendukung program tersebut agar dapat menghasilkan jeruk yang benar-benar bermutu sesuai dengan persyaratan teknis, maka mulai tahun 2006 telah disusun SPO jeruk siam Pontianak sebagai acuan dalam pelaksanaan sistem budidayanya
Program rehabilitasi jeruk yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Sambas bersama masyarakat telah membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi dalam usaha perjerukan. Bibit tanaman jeruk sistem klonal yang ditanam oleh petani ternyata tumbuh dengan baik dan lebih cepat menghasilkan.
Jeruk
Hasil panen buah jeruk dipasarkan dalam bentuk segar yang terdiri dari berbagai ukuran (grade), yaitu:
Grade A, diameter > 6,3 cm atau + 7 buah/ kg.
Grade B, diameter 5,6 – 6,2 cm atau + 9 buah/ kg.
Grade C, diameter 5,0 – 5,5 cm atau + 12 buah/ kg.
Grade D, diameter 4,5 – 4,9 cm atau + 15 buah/ kg. .
Jeruk siam asal Kabupaten Sambas, sebagian dipasarkan untuk kebutuhan lokal, sebagian ke pasar antar kabupaten, sedangkan selebihnya sebagian besar dipasarkan melalui jalur antar pulau dan pasar induk Kramat Jati, di Jakarta.
Untuk menampung jeruk petani, di setiap Kecamatan sentra terdapat Tempat Penampung Jeruk (TPJ), yang membeli hasil panen petani sesuai order yang diterimanya. Harga beli di TPJ bervariasi menurut grade, mulai grade terkecil sampai yang paling besar dengan kisaran harga antara Rp. 400,- sampai Rp. 3.000,- per kg. Buah jeruk dipasarkan dengan kemasan berupa peti kayu dengan berat isi 20 kg dan keranjang bambu dengan berat isi 50-60 kg. Sortasi buah oleh pedagang dilakukan di TPJ dengan menggunakan alat yang sederhana (manual).
Dalam pemasaran ini, belum ada kerjasama dengan pihak tertentu, petani menjual sendiri hasil jeruknya kepada penampung yang ada di wilayahnya. Pada waktu panen besar umumnya harga jatuh. Petani sebagai produsen jeruk telah membentuk asosiasi dengan kerjasama Pemda Kabupaten memasarkan hasil produksi jeruk.
7) Permasalahan.
Secara nasional produsi jeruk siam telah melewati batas ideal hal ini sedikit mengganggu pemasaran dan harga. Jeruk
Kondisi produksi yang melimpah perlu adanya alternatif variasi produksi hasil jeruk seperti pengolahan. Upaya mengolah buah jeruk
Berkenaan dengan standar ukuran kelas buah jeruk yang dipergunakan dalam pemasaran, masih terdapat perbedaan dengan grading yang dilakukan ditingkat petani, pengumpul sehingga berpengaruh terhadap penerimaan harga ditingakat petani.
Sebagian besar petani telah berpengalamana dalam usaha budidaya jeruk siam, tetapi kemampuan SDM, penguasaan teknologi mengharuskan adanya peningkatan, baik dari segi teknis, aspek manejemen dan kelembagaan. Hal ini terlihat sebagian besar petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi budidaya yang baik dan benar sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) jeruk siam Pontianak yang telah ditentukan (khususnya pemupukan dan pencatatan), sehingga hasilnya belum maksimal.
.
Lampiran 1
Luas Tanam Jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas s/d Oktober 2008
NO | KECAMATAN | LUAS TANAM ( Ha ) | ||
| | Produksi | Non Produksi | Jumlah |
1 | TEBAS | 5.243,50 | 213,17 | 5.456,67 |
2 | SEMPARUK | 912,00 | 422,00 | 1.334,00 |
3 | SELAKAU | 1.073,00 | 10,00 | 1.083,00 |
4 | PEMANGKAT | 1.156,50 | 317 | 1.473,50 |
5 | TEKARANG | 310,66 | 48,84 | 359,50 |
6 | JAWAI SELATAN | 320,00 | 143,65 | 463,65 |
7 | JAWAI | 28,74 | 52,26 | 81,00 |
8 | SAMBAS | 231,74 | 71,44 | 303,18 |
9 | SEBAWI | 354,00 | 163 | 517,00 |
10 | SUBAH | 90,75 | 0 | 90,75 |
11 | SEJANGKUNG | 48,71 | 45,59 | 94,30 |
12 | TELUK KERAMAT | 429,00 | 0 | 429,00 |
13 | GALING | 203,08 | 69,37 | 272,45 |
14 | PALOH | 28,36 | 18,32 | 46,68 |
15 | TANGARAN | 25,00 | 25,00 | 50,00 |
16 | SAJAD | 11,53 | 3,53 | 15,06 |
| MJL | 500,00 | 0 | 500,00 |
| Jumlah | 10.966,57 (87,25 %) | 1.603,16 (12,75 %) | 12.569,73 |
Lampiran 2
Tempat Penampungan Jeruk (TPJ) dan Pengrajin Jeruk dan Keranjang di Kab.Sambas
No | Kecamatan | TPJ (buah) | Pengrajin (buah) | |
Keranjang | Peti jeruk | |||
1. | Selakau | 10 | - | - |
2. | Pemangkat | 6 | 3 | - |
3. | Semparuk | 4 | 1 | - |
4. | Tebas | 16 | 10 | 3 |
5. | Jawai Selatan | 9 | - | - |
6. | Tekarang | 8 | - | - |
7. | Sebawi | 3 | - | 2 |
8. | Sambas | 1 | - | 7 |
9. | Jawai | 1 | - | - |
10. | Teluk Keramat | 1 | - | 3 |
11. | Sejangkung | - | - | 2 |
12. | Subah | - | - | 1 |
| Jumlah | 59 | 14 | 18 |
Lampiran 3
Kecamatan, Desa dan Kelompoktani Membudidayakan Jeruk Siam Pontianak
No. | Kecamatan | Desa | Jumlah Kelompoktani | Keterangan |
1. | Tebas | 1. Mensere | 18 | Pauzi Z, S.PKP |
| | 2. Mekar Sekuntum | 13 | Pauzi Z, S.PKP |
| | 3. Pangkalan Kongsi | 19 | M. Saleh |
| | 4. Batu Mak Jage | 22 | Fauyan, S.PKP |
| | 5. Pusaka | 24 | Edy S, S.PKP |
| | 6. Sui Kelambu | 18 | Andi |
| | 7. Matang Labong | 15 | Yulia, SP |
| | 8. Serumpun Buluh | 19 | Andi |
| | 9. Maktanggung | 18 | Yeni Darmila |
| | 10. Serindang | 19 | Yulia, SP |
| | 11. Tebas Kuala | 3 | Siti Zainiah, A.Md |
| | 12. Tebas Sungai | 19 | Siti Zainiah, A.Md |
| | 13. Bukit Segoler | 12 | Fauyan, S.PKP |
| | 14. Segedong | 12 | Suliati, S.PKP |
| | 15. Dungun Prapakan | 7 | Ali Munadi |
| | 16. Sempalai | 10 | Muhadi, S.PKP |
| | 17. Bekut | 7 | Mulyadi |
| | 18. Mak Rampai | 9 | Elya Kandau |
| | 19. Sejiram | 6 | Elya Kandau |
| | 20. Seberkat | 7 | Andi. W |
| | 21. Segarau Parit | 9 | Gustiansyah, S.ST |
2 | Selakau | 22. Semelagi Besar | 21 | Edwardi |
| | 23. Sungai Daun | 10 | Sugiono, S.PKP |
| | 24. Sungai Rusa | 10 | Yusmawati, S.ST |
| | 25. Sungai Nyirih | 9 | Sumarwati |
| | 26. Pangkalan Bamban | 19 | Fauzi, S.PKP |
| | 27. Parit Baru | 4 | Asep Purnama |
| | 28. Twi Mentibar | 16 | Ersi |
| | 29. Bentunai | 18 | Dadang M, S.PKP |
| | | | |
3. | Selakau Timur | 30. Seranggam. | 13 | A.Rahman |
| | 31. Gelik | 10 | Dadang M, S.PKP |
| | 32. Selakau Tua | 13 | Ersi |
3. | Pemangkat | 33. Harapan | 6 | Nurma Sumiati |
| | 34. Perapakan | 12 | Jawari, S.PKP |
| | 35. Jelutung | 13 | Maulina |
4. | Salatiga | 36. Serumpun | 19 | Zainal Abidin |
| | 37. Parit Baru | 22 | Suaidi Yusuf |
| | 38. Serunai | 26 | Joko S, SST |
| | 39. Salatiga | 21 | Mawardi & Wahida |
| | 40. Sei Toman | 17 | Volendri |
4. | Semparuk | 41. Semparuk | 22 | Aspan, S.PKP |
| | 42. Singa Raya | 23 | Imansyah |
| | 43. Sepinggan | 25 | Tardiyatmo |
| | 44. Sepadu | 34 | Kasdi |
| | 45. Seburing | 22 | Jumadi, S.PKP |
5. | Sebawi | 46. Sempalai-Sebedang | 7 | Ridwan MR, S.PKP |
| | 47. Sepuk Tanjung | 8 | Isman M, S.ST |
| | 48. Rantau Panjang | 4 | Iwan A, A.Md |
6. | Sambas | 49. Sei Rambah | 2 | Maman S |
| | 50. Saing Rambi | 2 | Suharyanto |
7. | Tekarang | 51. Rambaian | 4 | Muslimun, S.ST |
| | 52. Sempadian | 11 | Juanda |
| | 53. Matang Segarau | 7 | Irawati |
| | 54. Sari Makmur | 8 | Rusita, A.Md |
8. | Jawai Selatan | 55. Matang Terap | 4 | Agung Fitrianto |
| | 56. Suah Api | 4 | Joko S |
| | 57. Sarilaba A | 4 | S Puji Setiawan |
| | 58. Sarilaba B | 8 | Sabirin, SP |
| | 59. Semperiuk A | 12 | Dino |
| | 60. Semperiuk B | 13 | Sarini, SP |
| | 61. Sabaran | 26 | Puryanto |
9. | Teluk Keramat | 62. | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
Kelembagaan petani :
Hasil penataan Poktan di Kabupaten Sambas tahun 2008 berjumlah 1.780 kelompok tergabung dalam 147 gabungan kelompoktani (Gapoktan). Berdasarkan komoditas utama yang diusahakan maka poktan yang mengusahakan jeruk berjumlah 849 kelompok tergabung dalam 90 gapoktan.
al;am
enyusunan propil jeruk
Propil ini berisikan
- Sejarah
- Kebijakan
- Kegiatan Budidaya
- Kegiatan Panen
- Kegiatan Pascapanen
SEJARAH
Jeruk siam Pontianak pertama kali dikembangkan di Kabupaten Sambas oleh seorang warga thionghua (….) di Desa Bekut Kecamatan Tebas, yang dibawa dari …. dengan asal bibit cangkokan. Melihat pertumbuhan yang baik, maka jeruk ini berkembang ke desa dan kecamatan di sekitarnya .
Dalam perkembangannya jeruk siam Pontianak ini pernah mengalami pertanaman yang cukup luas yakni :
- Tahun 1978 dengan luas ….. ha dan mati pada tahun 1983
- Tahun 1992 dengan luas ….. ha dan mati pada tahun 1993
Terjadi kematian massal pada tahun 1993 yang diduga disebabkan oleh penyakit busuk pangkal batang (Phythopthora parasitica) yang membuat petani prustasi. Melalui bantuan pemerintah pusat tahun 1999 dilakukan program Rehabilitáis jeruk siam. Melihat pengalaman sebelumnya, hasil pengkajian dan penelitian maka dilakukan penanaman bibit okulasi (batang bawah tahan penyakit akar dengan batang atas dari beberapa varietas jeruk siam).
Pada tahun pertama pengenalan bibit okulasi kurang mendapat respon petani tetapi setelah melihat perkembangan dan hasil yang memuaskan maka target rehabilitasi 10.000 ha terlangkawi hingá sekarang mencapai 12.320 ha.